Wednesday, April 14, 2010

Kaku

Makhluk kaku!
Kami tak bisa kami tak ada jaminan.
Tapi, kami bisa ketika kami lihat benderang.
Kami merasa ketika kami tak lihat adanya jalan.
Dan kami terlalu bodoh karena meninggalkan apa yang kami inginkan.

Kami ini kaku!
Kami tak tahu bagaimana perlu berlaku.

Mencair

Aku mencair bagaikan es yang tersiram panas matahari. Aku mencair, oh, entah meleleh. Aku bersiklus untuk menyebar dan membentuk satuan batu yang berdiri sendiri-sendiri. Aku lekas berubah menjadi air yang membanjiri meja bundar yang panas ini. Aku bagaikan banjir yang menyapu bersih setiap debu yang berhamburan di sana sini. Oh, aku mencair.

Aku bergerak menggenangi kekosongan. Aku mengisi setiap wadah yang bisa ku penuhi. Aku merambat tak kenal arah, tak berbelok, ataupun lurus. Aku tak kenal arah. Aku hanya mengisi kekosongan. Mengisi setiap ruang dengan ketinggian yang sama. Aku tak kembali lagi menjadi satu balok es yang utuh, aku telah terpisah.

Aku tak terbuai. Aku hanya menunggu-nunggu, kapan diriku akan menguap. Menguap di atas meja ini. Menguap dengan bagian-bagian yang terpisah, bukan menguap sebagai satu balok es. Karena aku tak bisa menguap sebelum aku menjadi cair, cair sebagai air yang hangat di atas meja bundar. Aku adalah es yang mencair dan akan segera menguap.

Friday, April 9, 2010

Idea

Aku.
---
Seseorang di tempat lain.
Benarkah, teman?
Eurika!
"Ada dia yang sudah lama berada di sana."

Thursday, April 8, 2010

Karmausafir

Oh, ya! Fatamorgana telah berakhir! Kini hanya perlu untuk menjejakkan kaki dengan mantap di atas padang pasir menjemukan ini. Cobalah cari kendaraan yang mungkin tak mungkin ada, karena sulit di tempat ini. Mereka tahu kau lelah, lihatlah keringatmu! Membaluri tubuhmu seperti minyak saja! Kau tak baik berlama-lama berada di sana, aku tentu tak mau seperti itu. Kau tahu? Ada sumur di tempat jauh, dimana kau pernah melaluinya. Oh, kau ini bodoh sekali! Coba kau minum seteguk air dari sumur itu, kau akan merasa segar kembali. Kau ini! Dengan melihatnya saja kau sudah tau bahwa air di sumur itu akan menyegarkanmu kembali. Kau itu sudah sangat terobsesi dengan air yang ada di dalam sumur itu. Tapi, mengapa kau tinggalkan begitu saja? Pada saat itu, sumur yang kau lalui tepat berada di hadapanmu, tahu!

Apa lagi yang kau pikirkan? Kau sudah bosan mencari sumur lain di padang pasir ini, bukan? Apa alasanmu meninggalkannya? Sumur itu cukup indah. Walaupan diisi oleh air yang sedikit kotor, air itu akan sangat menyegarkan bagimu. Ayolah kembali ke sumur tersebut! Beberapa orang menyadari bahwa sumur itu tak mungkin berpindah tempat. Ayolah, kawanku! Jangan menyiksa diri seperti itu! Kau masih ingat jalan kembali ke hadapan sumur itu, bukan? Lalu, apa lagi yang kau tunggu? Kau tak bisa diam sekarat di tempat seperti ini! Kau harus berjalan kembali ke sumur itu! Ingatlah bahwa kembali tidak selalu buruk! Akan menyenangkan apabila kau berjalan kembali, itu membantumu untuk memperbaiki kesalahan yang kau miliki. Ayo kembali, kawan! Sumur itu belum ada yang menyentuh sejak lama. Ayolah saling bersentuhan dengan sumur itu, lalu meminum airnya—walaupun sedikit kotor!

Aku ingat ketika kau pertama kali melalui sumur itu. Kau lama menatap, lalu menyentuh tembok sumurnya dan kembali menatapnya. Tak ada gerak-gerik lain selain menatap, menyentuh, mengelus. Kau ini! Benar-benar tolol! Kau tidak mencoba mengambil airnya pada saat itu, yang ada justru kau tinggalkan sumur itu karena kau pikir akan ada sumur lain yang lebih menarik dan lebih mudah untuk diambil airnya. Muluk sekali pikiranmu!

Aku tahu saat ini kau benar-benar ingin kembali, bukan? Kenapa kau ini takut sekali untuk kembali? Kau selalu memalingkan mukamu dari sumur itu, seperti yang selalu kau lakukan akhir-akhir ini? Sumur itu mungkin hanya ada untukmu, teman. Percayalah padaku! Aku ingin kau bahagia. Kau dan aku bahagia!

Ah! Sudahlah! Tak ada gunanya berkata pada cermin!