Wednesday, April 14, 2010

Mencair

Aku mencair bagaikan es yang tersiram panas matahari. Aku mencair, oh, entah meleleh. Aku bersiklus untuk menyebar dan membentuk satuan batu yang berdiri sendiri-sendiri. Aku lekas berubah menjadi air yang membanjiri meja bundar yang panas ini. Aku bagaikan banjir yang menyapu bersih setiap debu yang berhamburan di sana sini. Oh, aku mencair.

Aku bergerak menggenangi kekosongan. Aku mengisi setiap wadah yang bisa ku penuhi. Aku merambat tak kenal arah, tak berbelok, ataupun lurus. Aku tak kenal arah. Aku hanya mengisi kekosongan. Mengisi setiap ruang dengan ketinggian yang sama. Aku tak kembali lagi menjadi satu balok es yang utuh, aku telah terpisah.

Aku tak terbuai. Aku hanya menunggu-nunggu, kapan diriku akan menguap. Menguap di atas meja ini. Menguap dengan bagian-bagian yang terpisah, bukan menguap sebagai satu balok es. Karena aku tak bisa menguap sebelum aku menjadi cair, cair sebagai air yang hangat di atas meja bundar. Aku adalah es yang mencair dan akan segera menguap.

No comments:

Post a Comment