Kau juga adalah alkohol. Membuat diriku mabuk dan mungkin suatu saat akan meledakkan lambungku hingga aku tak bisa lagi membuka mataku. Aku akan mati, tapi aku terus meminummu hingga aku tak bisa sadarkan diri, atau setidaknya aku akan sempoyongan dan tak peduli akan apa yang terjadi di sekitarku. Aku masih ketagihan akan dirimu.
Oh! Kamu pun adalah satu linting canabis. Satu hisap dirimu memutuskan begitu banyak sarafku. Menghancurkan indera visualku hingga waktu pun terasa bergulir begitu lama di depan mataku. Memberikan paranoia hiperbola yang membuatku terus mengintrospeksi diri dalam ketidaksadaranku. Walaupun aku menjadi pesakit, aku hanyut dalam mimpi yang begitu nyata. Satu linting terkadang tak cukup, tapi aku hanya butuh satu linting... Dirimu.
Kau tahu? Kamu adalah racun dan aku tahu tulisan ini begitu mirip dengan lirik mereka sang pelantun musik. Tapi mereka bukan aku dan aku pun tak mau seperti mereka, karena aku padamu dan mereka tak mungkin ada untukmu, racun.
Karena dirimu, aku tahu bahwa hidup tak akan indah tanpa kebusukan... bahwa sesungguhnya dunia perlu kehancuran agar mampu membenahi dirinya hingga akhirnya meminimalisir setiap keburukan yang pernah dialami... bahwa sesungguhnya hidup dalam jalan yang lurus tidaklah begitu seru... karena sesungguhnya tebing-tebing yang perlu dilalui adalah salah satu mahakarya seni yang akan dilalui oleh setiap manusia. Aku perlu dirimu agar aku hidup dalam keindahan dunia seperti yang aku sebutkan. Terkadang kamu memang tak indah, tapi kamu yang membuat duniaku ini dijalani dengan indah.