Thursday, November 4, 2010

Day #30 : Akhir Kata

Akhirnya, sampai juga di angka 30 dari program #30harimenulis. Setelah tulisan ini, saya tidak perlu lagi pikir-pikir panjang hanya untuk menentukan mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu, tulisan untuk #30harimenulis atau tugas-tugas kuliah yang kebetulan sedang edan-edannya pada semester ini. Sebenarnya, berakhirnya program ini bagi saya akan terasa menyenangkan karena setelah ini tak ada lagi “beban” tambahan di hari-hari saya, tapi beberapa hari selanjutnya pasti akan terasa aneh karena jari-jari saya tidak akan menyentuh keyboard sesering 30 hari terakhir ini.

Sebelum saya memulai program ini, saya merasa benar-benar ragu untuk ikut berpartisipasi. Karena saya adalah orang yang tidak konsisten (dalam menulis) dan 30 hari itu bukanlah waktu yang singkat untuk terus menerus menulis, maka akan sulit rasanya untuk lulus dari program ini. Kenyataannya, saya mencapai hari ketiga puluh walaupun hasilnya entah saya lulus ataupun tidak dari program ini—saya sempat bolos menulis sebanyak 3-4 kali karena tidak adanya koneksi internet, tugas yang menumpuk, dan juga rasa malas untuk mencari ide. Haha.

Tulisan-tulisan di awal #30harimenulis saya adalah sebuah cerita bersambung—dan hingga saat ini tidak saya lanjutkan lagi karena alur yang saya ceritakan mulai tak terarah karena (lagi-lagi) saya tidak konsisten. Tulisan yang bercerita tentang Artsy, Gloria, dan Eris—oh, ya! Dan juga Mooney—tersebut, semakin hari memang semakin payah. Ketiga dari empat nama tokoh cerita itu sebenarnya saya adaptasi dari konsep imperialisme, yaitu Gold, Glory, dan Gospel. Gold diwakili oleh Mooney (plesetan dari money walaupun lebih mirip Moon-ey), Glory diwakili Gloria, dan Eris untuk Gospel—sebenarnya tidak ada hubungan langsung antara Gospel dan Eris, hanya saja saya tetap memaksakan nama tersebut karena Eris adalah salah satu anggota dedewian dari mitologi Yunani. Sementara itu, Artsy adalah plesetan dari kata Art dari bahasa Inggris. Saya ingin membuat cerita dengan tokoh-tokoh yang terdiri dari pengidap schizoprenia, wanita psikopat, dan seorang innocent-person-who-looks-guilty. Sebenarnya, sudah ada premis dan bayangan akan seperti apa tulisan ini ke depannya, namun (kembali lagi) masalah ke-konsisten-an saya mengubah alur dan rencana awal dari tulisan ini. Setelah tidak lagi melanjutkan cerita tersebut, saya hanya menulis tulisan semacam yang sering saya tulis sebelum program ini saya jalani.

Kalau merasa tidak konsisten, kenapa nekat ikut #30harimenulis?

Tujuan saya mengikuti program ini bukan untuk mencari sensasi, membudayakan menulis sebagai hobi, atau sekedar iseng doang. Saya menulis selama 30 hari secara (tidak selalu) terus menerus adalah manifestasi dari tidak pernah beresnya tulisan yang saya coba tulis selama empat bulan terakhir (yang ini tidak terus menerus), sebelum 30 hari terakhir ini. Sebenarnya tujuan saya lebih mirip dengan pembalasan dendam terhadap kinerja otak dan jari-jari saya (selama masa tidak produktif itu) yang tidak pernah mencoba untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Saya hanya bisa memulai, tapi tak bisa mengakhiri. Saya ingin otak saya bisa menjelajah liar lagi mencari ide-ide untuk dituliskan ke dalam MS Word lalu diposting melalui blog. Hasilnya cukup memuaskan. Bukan karena bagus atau tidaknya tulisan saya, tapi karena munculnya produktivitas yang dirangsang program #30harimenulis ini.

Apa yang bisa dipelajari dari program ini?

Bahwa kita akan berhasil melakukan sesuatu jika kita memiliki kemauan… dan deadline. :p

Ingin melakukannya lagi?

Serius, suatu saat nanti, saya ingin memulai fase kedua dari program #30harimenulis. Akan menyenangkan sekaligus merepotkan. Yang jelas, saya akan merasa kangen dengan program ini.

Pada tulisan terakhir dari program #30harimenulis ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih bagi mereka yang mencetuskan program ini, juga kepada kalian yang pernah, sering, ataupun tidak sengaja membuka blog ini. Semoga di kemudian hari teman-teman masih berkenan dan tidak merasa bosan dengan isi dari blog ini.

Cheerio,
5 November 2010

No comments:

Post a Comment