Sunday, October 3, 2010

Day #1 : Re-Genesis

Aku harus mendapatkannya. Aku harus mendapatkannya kembali!

Ruangan ini pengap. Begitu muram. Nyaris hening. Lampu yang tertempel di atas sepertinya tak begitu bersemangat untuk bercahaya, jam dinding yang tergantung miring di dinding pun tak lagi berputar. Jarum pendek jam dinding itu terhenti diantara angka 7 dan 8, sedangkan jarum panjangnya terhenti di angka 10. Terdapat kasur pegas di dalam ruangan tersebut dimana di atasnya seorang wanita tengah bertelungkup dengan salah satu tangan menggantung di atas bahu kasur pegas tersebut. Di dekatnya, seorang lelaki terduduk bersandar pada pinggiran kasur pegas tersebut, terdiam dengan tatapan kosong. Aroma ruangan tersebut adalah campuran dari bau asap rokok, tumpahan caffein pada karpet, serta dedaunan Cannabis sativa kering terbungkus pahpir yang baru saja dibakar oleh lelaki tersebut.

Suasana muram dan hening dari ruangan tersebut hanya dipecah oleh alat pemutar musik yang sedang memutarkan lagu (She’s in A) Bad Mood milik Sonic Youth dengan suara sangat rendah. Sementara itu, televisi yang terduduk tegap di atas meja ringkih yang terdapat di pojok ruangan hanya memberikan gambaran visual tanpa suara.

“Mengapa kau terus diam seperti ini?” akhirnya suara wanita itu mulai menghilangkan keheningan yang nyaris sempurna di dalam ruangan itu. “Aku sedang memikirkan sesuatu. Aku sedang menarik sesuatu, Gloria!” balas sang lelaki kepada wanita, “Law of Attraction!” tambah sang lelaki.

Aku harus mendapatkannya. Aku harus mendapatkannya kembali! Lelaki tersebut terus memikirkannya, berharap apa yang dipikirkannya terwujud secepat mungkin.

“Hah! Euforia the Secret! Kau terlalu banyak baca tentang noetic science, Artsy!” balas Gloria.
“Lalu apa salahnya? Kau pun masih terpaku pada bacaan lamamu,” Artsy membalasnya lagi, “Also sprach Zarathustra! Itu yang selalu kau ceritakan padaku.”
“Apa hubungannya?”
“Selalu ada hubungan di antara sesuatu, Gloria.”
“Aku tak mengerti maksudmu.”
“Kau tak perlu mengerti.”

Gloria mengambil lintingan cannabis kering yang dijepit oleh ibu jari dan jari telunjuk Artsy. Dia membalikkan badannya hingga terlentang menghadap ke lampu remang di atasnya, lalu menghirup lintingan tersebut.

“Jam berapa sekarang? Aku harus pergi sebelum tengah malam.” tanya Gloria dengan mulut yang mengeluarkan asap.
“Jam 11. Apa yang…. ” Jawab Artsy.
“Aku harus pergi!” balas Gloria cepat sebelum Artsy menyelesaikan pertanyaannya.
“Kemana kau akan pergi?”
“Bukan urusanmu!”
“Oh! Gloria. Ada apa dengan kau?”

Gloria tidak menjawab. Dia bangkit dari kasur pegas itu, mengembalikan linting cannabis kering pada Artsy, lalu mengenakan jaket kulitnya yang sebelumnya berada pada gantungan baju di dinding. Gloria menatap Artsy, dan berkata “Ada yang harus kulakukan. Selamat tinggal.” Artsy balas menatap. Sebelum dia sempat mengajukan pertanyaan lagi, Gloria cepat-cepat membuka pintu dan pergi dari ruangan muram itu.

Artsy terdiam kebingungan selama beberapa detik dengan tatapan kosong. Setelah itu, dia mulai menghirup kembali dedaunan cannabisnya dalam-dalam.

Aku harus mendapatkannya. Aku harus mendapatkannya kembali! Pikirnya dalam hati.


Bersambung…

No comments:

Post a Comment