Tuesday, October 19, 2010

Day #16 : Monolog

“Kopi lagi, miss?”
“Tidak, ini sudah cukup! Berapa semuanya?”
“French Toast dan kopi, 2 dollar, miss.”

Gloria mengeluarkan satu lembar uang kertas senilai 20 dollar dari saku celananya. “Ini.” katanya sambil menyodorkan uang itu. “Kau boleh ambil kembaliannya.”
“Terima kasih, miss.” Balas pelayan tersebut dengan ekspresi tak percaya. Darimana dia mencuri uang ini? Pikirnya.

Gloria keluar dari tempat makan itu, lalu masuk ke minimarket di sebelahnya. Aku akan kembali ke rumah Eris. Pikirnya dalam hati. Setelah selesai membeli sebungkus rokok dan sebotol air mineral dari minimarket tersebut, ia memanggil sebuah taksi. “33rd Flatstreet.” Katanya kepada supir taksi.

***

Eris kini berada di gudang bawah tanah rumahnya. Ia sedang mengikat kedua lengan Artsy dengan seutas tali tambang. Sebelumnya, ia menyeret Artsy dari ruang tengah, lalu mendudukannya pada kursi kayu berwarna cokelat di gudang bawah tanah rumahnya ini. Sekarang, lengan dan pergelangan kaki Artsy terikat sudah. Ia bagaikan seorang tahanan perang. Kepalanya dilumuri oleh darah. Matanya tertutup. Ia belum juga sadarkan diri.

“Aku tak henti-hentinya menyebutmu bodoh, Artsy.” Kata Eris sambil menatap Artsy yang diam tak bergerak. “Dasar kau junkie! Kau bahkan bisa dibuat pingsan oleh perempuan sepertiku!”

Eris kini menyalakan sebatang rokok, lalu menghisapnya dalam-dalam. Kemudian, Eris mengangkat dagu Artsy. “Kau harusnya malu!” katanya. “Gloria adalah urusanku, bukan urusanmu!” Eris melepaskan dagu Artsy, lalu kembali menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke wajah Artsy. “Ayo bangun, bodoh.” Katanya. “Kau tahu? Ketika kau sadar nanti, maka itu akan menjadi kesadaranmu yang terakhir.”

Eris kembali menghisap rokoknya, lalu memandang ke arah langit-langit. Ia menghembuskan asap dari rokoknya melalui mulut. “Kau harusnya sadar bahwa aku jauh lebih baik daripada Gloria.” Katanya.

Kini pandangannya kembali pada Artsy. “Kini kau tahu akibatnya, kan? Kau akan mati di tanganku.” Katanya. “Dan apabila aku beruntung, Gloria juga.”

No comments:

Post a Comment