Monday, October 25, 2010

Day #21 : Malin

Dengan sebuah angkara yang menjilat ludah, sebuah komunitas tetap melaju deras tak terikat pada sebuah nyawa yang melintas. Setiap matanya tertuju pada sistematika yang berjalan, tak terpaku pada teori yang menindas. Atas dasar resesi, sangkakala paruh waktu kini tertiup berbunyi nyaring, memberikan penahbisan akan nilai-nilai yang menggantung. Maka, biarkanlah nilai itu memberikan level horizon berbeda pada setiap persepsi yang saling merangkul. Sesungguhnya, sebuah proses tak lagi menjadi bagian dari hasil pemetaan.

Langkah-langkah kaki terhenti adalah perihal pengundang terik yang mengeringkan tenggorok. Azazil pun kini mengubah bentuk menjadi primadona yang bergelut dalam manifetasi rasa iri. Tembakau yang merintih, menyaksikan ketiadaan produktivitas dari para pelahap monitor di saat bumi meloloskan harapan.

Angkara dan angkara, angkara kini merangkul jiwa rendah pada sebuah sifat yang usang.

No comments:

Post a Comment