Sunday, October 24, 2010

Day #19 : Revelasi Singkat Anarkisme

PENGENALAN

Menurut situs Wikipedia Indonesia, Anarkisme atau dieja anarkhisme berasal dari kata dasar anarki yang diakhiri dengan isme. Kata anarki adalah serapan kata asing seperti anarchy (Inggris) dan anarchie (Belanda/Jerman/Prancis), yang juga menyerap kata Yunani anarchos/anarchia. Ini merupakan kata bentukan a (tidak/tanpa/nihil) yang disisipi n dengan archos/archia (pemerintah/kekuasaan).
Berdasarkan etimologi tersebut, bisa disimpulkan bahwa anarkisme merupakan sebuah paham yang menolak eksistensi dari konsep hirarkis. Hal ini berlaku dua arah, yaitu tidak mengenal adanya konsep mengepalai-dikepalai, memimpin-dipimpin, mengendalikan-dikendalikan, memerintah-diperintah dalam penguasaan dan koordinasinya karena menciptakan eksploitasi dan penindasan terhadap individu yang ada di dalamnya.
Pada dasarnya, visi dari anarkisme adalah memperjuangkan kebebasan seseorang agar terlepas dari rantai yang mengekang. Sesuai dengan konsep dasar anarki, maka hirarki akan menjadi salah satu hal yang perlu dimusnahkan karena hirarki selalu berupa struktur organisasi dengan otoritas yang mendasari cara penguasaan yang menindas. Akan tetapi, bukanlah hirarki yang menjadi target perlawanan para anarkis, melainkan penindasan yang menjadi karakter dalam otoritas hirarki tersebut. Karena anarkisme menolak sesuatu yang mengikat ataupun membatasi gerak-gerik dan keinginan seorang individu untuk bebas, maka para anarkis radikal pun menganggap negara dan agama lebih baik tidak ada.

SEJARAH

Ide-ide mengenai anarkisme konon dimulai melalui salah satu karya filsuf Tiongkok, Lao Tse, juga pada karya-karya lain dari beberapa filsuf Yunani. Akar-akar filosofi ini banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Gnostic dan Karpocrates, juga dipengaruhi beberapa aliran agama Kristen di Jerman, Prancis, dan Belanda. Akan tetapi, para anarkis sepakat bahwa Pierre-Joseph Proudhon merupakan pemikir yang memberikan pengaruh terbesar terhadap perkembangan paham anarkisme.
Proudhon mempunyai keyakinan bahwa sebuah evolusi kehidupan intelektual dan sosial menuju tingkat yang lebih tinggi harusnya tidak dibatasi oleh rumus-rumus abstrak. Proudhon sangat menekuni kehidupan intelektual dan sosial pada masa hidupnya, kritik-kritik sosialnya didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Dia merupakan seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Diantara pemikir-pemikir sosialis di zamannya, dialah yang paling mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosial.
Tokoh-tokoh di masa-masa awal anarkisme yang terkenal adalah Max Stirner (1806-1856), Proudhon (1809-1865), Mikhail Bakunin (1814-1876), dan Peter Kropotkin (1842-1921). Mereka tidak hanya teoritis pada masanya, tetapi juga menwujudnyatakan program-program yang sistematis.

ANARKISME ≠ KOMUNISME

Melihat filosofi anarkisme yang berbasis ke-kiri-an, bukan berarti anarkisme bisa selalu berjalan beriringan bersama komunisme. Hal ini betul-betul dipahami oleh Proudhon dan juga Bakunin. Pada sebuah kongres di Bern pada tahun 1868, Bakunin berkata, “Saya bukanlah seorang komunis karena komunisme mempersatukan masyarakat dalam negara dan membuat mereka terserap ke dalamnya; karena komunisme akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam negara, sedangkan saya ingin memusnahkan negara—pemusnahan semua prinsip otoritas dan kenegaraan, yang dalam kemunafikannya ingin membuat manusia bermoral dan berbudaya, tetapi yang sampai sekarang selalu memperbudak, mengeksploitasi dan menghancurkan mereka.”

ANTI-KEKERASAN

Sebagaimana yang telah kita ketahui, media massa telah membelokkan definisi dan esensi dari kata anarkisme. Masyarakat sebagai pelahap informasi akhirnya terjerumus dalam stigma bahwa anarkisme merupakan sebuah tindak kekerasan ataupun biang kekacauan (chaos/chaotic). Padahal, para anarkis pada dasarnya menolak segala bentuk kekerasan. Alexander Berkman sempat menulis,

"Anarkisme bukan Bom, ketidakteraturan atau kekacauan. Bukan perampokan dan pembunuhan. Bukan pula sebuah perang di antara yang sedikit melawan semua. Bukan berarti kembali kekehidupan BARBARISME atau kondisi yang liar dari manusia. Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua. Anarkisme berarti bahwa ANDA HARUS BEBAS. Bahwa tidak ada seorangpun boleh memperbudak anda, menjadi majikan anda, merampok anda, ataupun memaksa anda. Itu berarti bahwa anda harus bebas untuk melakukan apa yang anda mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang anda mau serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli, kemiskinan, penindasan, serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan."

Dari pernyataan di atas, terlihat jelas bahwa para anarkis sama sekali tidak menginginkan munculnya kekerasan antara sesama manusia. Mereka justru sangat mendambakan kehidupan yang bebas dan damai. Namun, karena anarkisme bersifat merusak kestabilan negara, maka media massa pun “mewahyukan” makna baru dari kata anarkisme.
Setelah menyuarakan berbagai pernyataan, Alexander Berkman pada akhirnya diusir dari Amerika Serikat—bersama Emma Goldman yang juga seorang anarkis—karena dianggap menggangu stabilitas negara. Padahal, AS mengklaim tanah mereka sebagai the land of the free.

PERGERAKAN

Movement anarkisme terbagi ke dalam dua kategori berdasarkan eksposisinya, ada yang bersifat terang-terangan dan ada juga yang bersifat bawah tanah (underground). Pergerakan-pergerakan ini bisa melalui berbagai media. Seni merupakan salah satu pemberi konstribusi terbesar dalam pergerakan anarkisme di zaman modern.
Melalui musik, Punk/Punk Rock menjadi skena yang paling dominan dalam menyuarakan anarkisme. Pemahaman dan pergerakan para punker memang mengakar pada spirit anarkisme. Sex Pistols sebagai salah satu pionir dan ikon terbesar dari genre ini bahkan memiliki sebuah lagu yang berjudul sangat eksplisit, Anarchy in the UK. Setelah itu, Band-band punk gelombang kedua (1980-1984) seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika Serikat telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll. Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik. Selain musisi punk, banyak pula musisi-musisi dari genre lain yang mengusung tema anarkistik. Salah satunya adalah Rage Against the Machine dimana gitarisnya, Tom Morello, sering menggunakan gitar dengan warna Merah dan Hitam. Warna merah dan hitam yang bertumpuk secara horizontal merupakan simbol dari paham Anarko-Sindikalisme (paham campuran antara anarkisme dan sosialisme). Selain band-band tersebut, masih banyak musisi lain yang menyuarakan anarkisme.
Melalui sastra, terlahir gaya menulis fenomenal dari aliran simbolis. Aliran simbolis memang belum tentu menyuarakan misi pembebasan diri dari kekuasaan hirarkis, tapi karena gaya menulis aliran ini bersifat out-of-box, maka aliran ini pun dianggap sebagai anarkismenya karya-karya sastra. Voltairine de Cleyre dan Arthur Rimbaud adalah tokoh yang terkenal sebagai sastrawan anarkis.
Selain musik dan sastra, anarkisme juga sering terlihat dari karya-karya seni lainnya seperti lukisan, pahatan, theater, film, dan lain-lain.

ORGANISASI ANARKIS

Organisasi anarkis sangat banyak jumlahnya. Organisasi-organisasi itu, baik besar maupun kecil, berada di setiap benua. Food Not Bombs, Indymedia, dan Red and Anarchist Skinheads merupakan tiga organisasi anarkis besar berskala internasional. Sementara itu, Indonesia memiliki Kolektif Kontra Kultura yang berbasis di Bandung. Mereka merupakan KKK-nya Bandung, tetapi tidak seperti KKK milik bule (Ku Klux Klan) yang sangat rasis. Kolektif Kontra Kultura—bersama Anti Fascist and Racist Action (AFRA) di Jakarta—berafiliasi dengan sebuah organisasi anti-rasis skala internasional bernama Anti Racist Action (ARA). Selain itu, adapula Taring Padi di Yogyakarta, sebuah kolektif yang terdiri dari para seniman anarkis. Bahkan, pada era ini mulai muncul pula sebuah jaringan skala nasional bernama Jaringan Anti Fasis Nusantara (JAFNus), yang didalamnya terdapat banyak organisasi kecil dari seluruh Indonesia yang seluruhnya juga mengusung Anarkisme sebagai dasar ideologi politiknya yang kemudian dibubarkan.
Memasuki era tahun 2000, gerakan anarkisme semakin menununjukkan eksistensinya di Indonesia dengan semakin bermunculannya organisasi-organisasi baru. Beberapa diantaranya adalah kelompok Affinitas di Yogyakarta, Jakarta Anarchist Resistance di Jakarta yang kemudian bertransformasi menjadi Jaringan Otonomis (JOtos), Jaringan Autonomous Kota di Salatiga, dan lain sebagainya.


Tulisan ini bersifat referensial yang diringkas dari beberapa sumber.
http://anakdjahat.multiply.com/
http://aquarian93.blogspot.com/
http://en.wikipedia.org/
http://ind.anarchopedia.org/
http://tulisendw.blogspot.com/
Serta beberapa sumber lain.

No comments:

Post a Comment